Sebelum Kapten Cook mendarat di wilayah timur, sekitar pantai Sydney, Australia, bangsa Portugis sebenarnya telah terlebih dulu mendarat di pantai Barat Australia. Tandusnya wilayah Barat Australia membuat tim ekspedisi Portugis melanjutkan perjalannya ke kepulauan Maluku untuk melanjutkan misinya menemukan sumber rempah rempah. Setelah tim ekspedisi yang dimotori oleh Kapten Cook mendarat di wilayah Timur yang merupakan daerah tersubur di Australia, mereka memutuskan untuk tinggal dan mengklaim Australia sebagai bagian dari Kerajaan Inggris.
Sejarah mencatat bahwa Suku Bugis sudah lama berinteraksi dengan kaum Aborigin Australia jauh sebelum kaum Barat mencapai wilayah Australia. Menurut catatan sejarah, Suku Bugis lah yang pertama kali berinteraksi dengan suku Aborigin Australia dan mentranfer kearifan lokalnya berupa teknologi kelautan, sehingga kaum Aborigin memiliki kemampuan membuat perahu sederhana dan melaut untuk mencari ikan. Pada saat itu di bagian utara benua Australia terdapat kampung Bugis, jadi secara historis dan budaya mestinya Benua Australia itu merupakan bagian dari Negara Indonesia.
Dari hasil penelitian arkeologi dan sejarah penyebaran manusia dengan teknologi DNA mutakhir, terbukti bahwa kaum “Aborigin Australia Tengah” (catatan : disebut dengan “robust aborigines” yang merupakan asal usul penyebaran kaum Aborigin lainnya di Australia) memiliki hubungan kekerabatan genetik yang sangat erat dengan manusia di daerah Sangiran yang dikenal sebagai manusia Jawa Kuno. Walaupun masih dalam perdebatan, penemuan manusia kerdil Flores diyakini sebagai titik evolusi baru. Banyak ilmuwan menyakini bahwa asal usul kaum Aborigin Australia itu berasal dari pulau Jawa dan penyebarannya terjadi sebelum Ice Ageketika pulau Jawa dan benua Australia dulunya masih menjadi satu daratan.
Peristiwa letusan "super volcano" yang menghasilkan danau Toba, letusan gunung Tambora serta letusan gunung Krakatau yang belum ada tandingannya itu, menggoda para peneliti internasional untuk membayangkan dan menggambarkan bagaimana kayanya keragaman hayati dan hewani serta keragaman budaya yang ada di bumi pertiwi sebelum kejadian yang spektakuler tersebut.
Pertanyaan yang muncul di benak kita adalah apakah nenek moyang kita memiliki pengetahuan tentang evolusi jauh sebelum Darwin mempublikasikan hasil penelitiannya dalam buku “The Origin of Species by Means of Natural Selection ” pada tahun 1859 dari data yang dikumpulkannya di kepulauan Gallapagos ?. Jika kita berandai andai pada saat itu Darwin memilih objek penelitiannya di Indonesia, mungkin Darwin tidak akan “berani” mengklaim bahwa teori evolusi itu berasal dari beliau.
Mengapa ? dalam ungkapan sehari hari bahasa Jawa kita sering mendengar “Iwak Sapi”, “Iwak Ayam”, “Iwak Tempe”, “Iwak tahu”..dll dan tentunya isilah ini sudah turun menurun digunakan. Kalau kita cermati kata “iwak” (yang artinya ikan) yang dihubungkan dengan “sapi” , “ayam” ….dll, dan kita hubungkan dengan teori evolusi, bukankah istilah ini menggambarkan bahwa “semua mahluk darat itu berasal dari laut ? Jadi.. munginkah “teori evolusi” yang sangat terkenal tersebut sudah dikenal oleh nenek moyang kita? Wallahuallam….
Prof. Ronny Rachman Noor, Ir, MRur.Sc, PhD
Wakil Kepala LPPM IPB Bidang Penelitian
ronny_noor[at]yahoo.com
>>Baca Selengkapnya...
1 komentar:
ijin share ya.
Thanks.
Posting Komentar