>

Ilmuwan Temukan Cara Yang Lebih Baik Untuk Menyimpan Panas Matahari

Panas yang dihasilkan matahari saat ini bisa disimpan tetap dalam bentuknya oleh garam cair atau dalam bentuk energi lain oleh baterai. Kedua teknologi itu hingga kini masih diandalkan untuk menyimpan energi tersebut. Hanya saja garam cair membutuhkan sistem yang kompleks untuk mentransfer panas dari fluida kerja, sedangkan baterai masih menyisakan loses energi atau hilangnya energi ketika terjadi proses pemindahan dan perubahan energi.

Beberapa ahli mulai mencari media lain yang bersifat seperti baterai isi ulang. Hanya saja yang disimpan bukan muatan listrik layaknya baterai, tetapi panas yang sewaktu-waktu dapat dilepas dan diisikan kembali. Ruthenium, molekul yang mempunyai ditemukan di tahun 1996 menjadi alternatif satu-satunya yang memiliki karakteristik seperti baterai isi ulang.

Beberapa waktu lalu, para peneliti berhasil mengungkap cara kerja molekul ruthenium atau lebih tepatnya fulvalene diruthenium yang bisa diatur untuk menyimpan dan melepas panas. Pemahaman cara kerja ruthenium tersebut dipublikasikan di jurnal Angewandte Chemie pada 20 Oktober 2010 lalu oleh Yosuke Kanai dari Lawrence Livermore National Laboratory, Varadharajan Srinivasan dan Jeffrey C. Grossman dari Fakultas Tekni dan Ilmu Bahan - MIT, Steven K. Meier, K dan Peter C. Vollhardt dari University of California-Berkeley.

Molekul ruthenium bekerja dengan cara yang unik. Strukturnya akan berubah ketika menyerap sinar matahari, dan berada pada tingkat energi yang lebih tinggi dibanding dalam kondisi stabilnya. Untuk mengembalikan ke kondisi stabilnya, hanya diperlukan sedikit panas atau sebuah katalis untuk memicunya. Hasilnya, perubahan struktur molekul kembali ke tingkat energi yang lebih stabil akan melepas panas hingga mencapai 200 derajat Celcius. Cukup panas untuk langsung digunakan sebagai pemanas ruangan ataupun memutar turbin untuk menghasilkan listrik.

Pengetahuan tentang bagaimana molekul ruthenium bekerja akan memberikan jalan bagi riset untuk mendapatkan molekul-molekul lain yang mempunyai struktur dan karakteristik yang sama dengan ruthenium yang mahal dan termasuk langka guna menghasilkan baterai panas yang bisa diisi ulang di masa depan. (planethijau.com/ humasristek) >>Baca Selengkapnya...

0 komentar:

Posting Komentar